Jumat, 05 Juni 2009

Anak-Anak Kami Banyak Putus Sekolah

Tulisan ini saya buat Maret 2008 dan diterbitkan di Tribun Pekanbaru. Meski sudah lama berlalu namun kondisi Kecamatan Bonai Darussalam sampai sekarang tidak banyak berobah..

Pandangan Abbas tertuju pada papan tulis hitam di depan kelasnya. Seorang guru yang mengajar di SD N Desa Pauh, Kecamatan Bonai Darussalam, Rokan Hulu tersebut sedang mengajarkan pelajaran matematika. Menggunakan alat tulis kapur putih, ia sibuk menjelaskan materi pelajaran kepada Abbas dan sekitar 20 siswa lainnya yang duduk di kelas empat itu. Baju seragam pramuka, pakain wajib setiap hari Sabtu, yang dipakai Abbas terlihat kremuk dan terkesan kumuh, bahkan di sekolahnya tanpa mengenakan sepatu.

Begitulah kehidupan sehari-hari siswa di sekolah negeri yang di bangun PT CPI tahun 2005 tersebut. Dulu, sebelum Desa Pauh masuk wilayah Rokan Hulu, sekolah itu bernama SDN 008 Libo Pauh, Kabupaten Siak. Bahkan sampai sekarang plang nama sekolah yang dibuat Dinas Pendidikan Kabuapten Siak itu masih berdiri di pagar depan sekolah.

Di Desa Pauh yang berpenduduk sekitar 5000 jiwa atau 695 kepala keluarga hanya terdapat satu Sekolah Dasar Negeri. Kondisinya cukup memprihatinkan, bangku dan meja belajar banyak yang patah. Lantai dan loteng kelas juga berlubang. Anak-anak Suku Bonai dan Sakai yang sekolah di sini juga masih ada yang tidak pakai sepatu.

"Sekolah ini satu-satunya harapan kami untuk mencerdaskan anak-anak. Untuk melanjutkan sekolah tidak ada lagi. SMP lokasinya jauh, yang ada cuma di Kandis dan di Sontang, jarak tempuhnya butuh waktu lebih dari dua jam. Banyak anak-anak kami yang putus sekolah," tutur Agusman.

Beberapa waktu lalu, ketika Bupati Rokan Hulu, Ahmad berkujung ke desa ini pernah menjanjikan membangun SMP. Warga desa pun bersedia menyediakan lahan seluas 1 hektare untuk bangunan sekolah. Namun sampai sekarang janji tersebut belum juga direalisasikan. Karena lokasi sekolah lanjutan jauh, banyak warga yang tidak terlalu peduli dengan pendidikan.

Untuk mencapai Desa Pauh, salah satu jalan yang bisa dilewati dari Kandis, Kecamatan Siak, terus menyusuri jalan yang dibangun PT CPI. Butuh waktu sekitar satu setengah jam menuju desa yang berada di tengah-tengah tiga kabupaten ini, Siak, Kampar dan Rokan Hulu. Padahal jarak antara Kandis dan Desa Pauh hanya 28 kilometer, namun karena kondisi jalan berlubang dan sebagian aspal sudah terkelupas sehingga laju kendaraan hanya 40 km/jam.

Sebelum masuk Desa Pauh, di pintu masuk terdapat gapura yang bertuliskan, Selamat Datang di Desa Pauh, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu. Menurut warga setempat, gapura ini dibangun oleh masyarakat sebagai bentuk pemberitahuan keinginan masyarakat bergabung dengan Rokan Hulu. Sebab desa ini merupakan daerah perbatasan yang diperebutkan tiga kabupaten, Kampar, Siak dan Rokan Hulu.

Bukan tanpa alasan kenapa Desa Pauh begitu primadona. Daerah ini merupakan kawasan ladang sumur minyak milik PT CPI. Data dari Kantor Desa Pauh, terdapat sekitar 90 sumur minyak. Sedangkan sumbangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahun sekitar Rp 150 juta.

Kultur masyarakat di Pauh yang di dominasi Suku Bonai dan Suku Sakai menyebabkan mereka memilih bergabung dengan Kecamatan Bonai Darussalam. Meskipun jarak ke ibukota kecamatan 60 kilometer yang ditempuh dengan jalan tanah sekitar 4 jam. "Antara masyarakat Pauh dan Bonai tidak bisa dipisahkan, makanya kami lebih memilih Rokan Hulu dan ini merupakan kesepakatan semua warga," ujar Kepala Desa Pauh, Agusman. (Ihsanul Hadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar